Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta terletak di
Akses
menuju Museum Batik:
1. Dari Bandara Adisucipto: naik prameks turun di stasiun lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000)
2. Dari bandara naik bus trans Jogja (2A dan 2B) turun di shelter Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
3. Dari Stasiun Tugu: keluar melalui pintu belakang kemudian naik kobutri jalur 17 turun di perempatan Gramedia kemudian naik becak (sekitar Rp.10.000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
4. Dari terminal Jombor: naik bus jurusan Yogya-Prambanan (warna kuning) turun di bunderan UGM lalu naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
5. Dari terminal Giwangan: naik bus kota jalur 6 turun di stasiun Lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 turun di Stadion Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
1. Dari Bandara Adisucipto: naik prameks turun di stasiun lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000)
2. Dari bandara naik bus trans Jogja (2A dan 2B) turun di shelter Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
3. Dari Stasiun Tugu: keluar melalui pintu belakang kemudian naik kobutri jalur 17 turun di perempatan Gramedia kemudian naik becak (sekitar Rp.10.000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
4. Dari terminal Jombor: naik bus jurusan Yogya-Prambanan (warna kuning) turun di bunderan UGM lalu naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
5. Dari terminal Giwangan: naik bus kota jalur 6 turun di stasiun Lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 turun di Stadion Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
Jam Buka:
Senin – Sabtu: pukul 09.00-15.00 WIB.
Harga Tiket Masuk (HTM)
Rp.15.000/ orang
Senin – Sabtu: pukul 09.00-15.00 WIB.
Harga Tiket Masuk (HTM)
Rp.15.000/ orang
Kursus Membatik
1. Paket kilat (Rp.25.000/jam)
2.5 kali pertemuan Rp.250.000
1. Paket kilat (Rp.25.000/jam)
2.5 kali pertemuan Rp.250.000
Museum Batik Yogyakarta adalah museum batik pertama di
Yogyakarta didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Museum swasta
ini terletak di Jalan Dr. Sutomo, Kota Yogyakarta. Bangunan ini dikelola
sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho.
Pada 12 Mei 1977, museum ini baru diresmikan oleh
Kanwil P&K Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mendiami area seluas 400
m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.Pada tahun 2000, museum
ini memperoleh penghargaan dari MURI atas karya 'Sulaman Terbesar', batik
berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian pada tahun 2001, museum ini memperoleh
penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman
pertama di Indonesia.
Nilai
Penting yang Terkandung
Perhatian
dan kecintaan masyarakat Yogyakarta yang teramat besar akan salah satu warisan
budaya dunia tampak dengan adanya Museum Batik dan Sulaman ini. Dengan adanya
museum ini maka diharapkan semua orang dapat mengenal batik dan dapat lebih
mencintai budaya lokal nusantara. Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta ini
menyimpan berbagai koleksi batik tua yang akan menambah pengetahuan kita
mengenai dunia batik.
Keunikan
Kini, museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi
perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan
serta bahan pewarna, termasuk malam.
Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya
Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain
panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran,
pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore.
Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain
Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak
tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik
(kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan
Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini
diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya
adalah batik buatan tahun 1840.
Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya
sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI pertama Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati Soekarnoputri,
dan Hamengkubuwono IX. Selain
itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Ada
pula sulaman wajah Paus Yohanes Paulus II dan
Bunda Teresa dari India.
Opini
Penetapan Kota
Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia merupakan anugerah yang harus
dipertanggungjawabkan. Saat ini keberadaan Museum Batik Yogyakarta sangat sepi
pengunjung dan seperti tidak terawat. Semoga saja Pemerintah memberikan
perhatian khusus akan adanya keberadaan museum ini sehingga museum ini akan
menjadi sumber pengetahuan tentang batik untuk masyarakat.
Referensi
Nice
BalasHapusBagus ngetssss
BalasHapus