Selasa, 23 Agustus 2016

Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta




Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta terletak di
Akses menuju Museum Batik:
1. Dari Bandara Adisucipto: naik prameks turun di stasiun lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000)
2. Dari bandara naik bus trans Jogja (2A dan 2B) turun di shelter Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
3. Dari Stasiun Tugu: keluar melalui pintu belakang kemudian naik kobutri jalur 17 turun di perempatan Gramedia kemudian naik becak (sekitar Rp.10.000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
4. Dari terminal Jombor: naik bus jurusan Yogya-Prambanan (warna kuning) turun di bunderan UGM lalu naik bus kota jalur 2 atau 4 (Rp.2500) turun di Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
5. Dari terminal Giwangan: naik bus kota jalur 6 turun di stasiun Lempuyangan lalu keluar dan jalan kaki (300m) atau naik becak (sekitar Rp.7000) atau naik bus kota jalur 2 atau 4 turun di Stadion Kridosono lalu jalan kaki (500m) atau naik becak (sekitar Rp.10.000)
Jam Buka:
Senin – Sabtu:  pukul 09.00-15.00 WIB.
Harga Tiket Masuk (HTM)
Rp.15.000/ orang
Kursus Membatik
1. Paket kilat (Rp.25.000/jam)
2.5 kali pertemuan Rp.250.000
           

Museum Batik Yogyakarta adalah museum batik pertama di Yogyakarta didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Museum swasta ini terletak di Jalan Dr. Sutomo, Kota Yogyakarta. Bangunan ini dikelola sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho. 
Pada 12 Mei 1977, museum ini baru diresmikan oleh Kanwil P&K Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.Pada tahun 2000, museum ini memperoleh penghargaan dari MURI atas karya 'Sulaman Terbesar', batik berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian pada tahun 2001, museum ini memperoleh penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.
Nilai Penting yang Terkandung
Perhatian dan kecintaan masyarakat Yogyakarta yang teramat besar akan salah satu warisan budaya dunia tampak dengan adanya Museum Batik dan Sulaman ini. Dengan adanya museum ini maka diharapkan semua orang dapat mengenal batik dan dapat lebih mencintai budaya lokal nusantara. Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta ini menyimpan berbagai koleksi batik tua yang akan menambah pengetahuan kita mengenai dunia batik.
Keunikan
Kini, museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam.
Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore.
Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840.
Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI pertama Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Hamengkubuwono IX. Selain itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Ada pula sulaman wajah Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa dari India.
Opini
Penetapan Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia merupakan anugerah yang harus dipertanggungjawabkan. Saat ini keberadaan Museum Batik Yogyakarta sangat sepi pengunjung dan seperti tidak terawat. Semoga saja Pemerintah memberikan perhatian khusus akan adanya keberadaan museum ini sehingga museum ini akan menjadi sumber pengetahuan tentang batik untuk masyarakat.



Referensi


2 komentar: