Kamis, 25 Agustus 2016

Gemulai Lekukan Penari Angguk





                                                   

Tari Angguk



Tari Angguk adalah tari khas dari Kabupaten, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Tari ini biasanya dipenentaskan sebagai tarian penghibur. Gerakannya yang energik akan menumbuhkan semangat yang membara dalam hati setiap penonton yang melihatnya. Tarian ini dilahirkan di desa Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo. Desa ini merupakan salah satu rintisan desa budaya di Kabupaten Kulon Progo.
Anda bisa menikmati indahnya lekuk gerakan Tari Angguk bila Anda sedang berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di DI Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Anda bisa menempuh perjalanan dari pusat Kota Yogyakarta sekitar 1 jam menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum dengan rute Jl. Wates. Berikut adalah peta daerah Kulon Progo
Sejarah
Tari yang berasal dari Kulon Progo ini adalah pengembangan dari Tari Dolalak yang berasal dari Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Menurut cerita , istilah Dolalak diambil dari modus (tangga nada) diatonis Barat, Do Re Mi Fa Sol La Si. Melihat urutan tangga nada tersebut, maka nada Do dan La merupakan asal mula Tari Dolalak. Nggak jelas siapa pihak yang membawa, mengkreasikan, dan kemudian mempopulerkan Tari Dolalak hingga akhirnya bisa berbentuk Tari Angguk dan diakui sebagai salah satu kebudayaan Kabupaten Kulon Progo.

Pada mulanya Tari Angguk adalah tari permainan atau hiburan yang biasa dimainkan oleh muda- mudi. Namun dalam perkembangannya Tari Angguk mulai disisipin hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap bisa mengundang roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan media tubuh sang penari.
Kata anggguk ini diambil dari gerakan para penari yang mengangguk-anggukan kepalanya. Gerakan Tari Angguk pada awalnya terinspirasi dari gerakan baris-berbaris serdadu Belanda. Maka nggak mengherankan jika kostum yang dipakai oleh para penari ini juga mirip dengan seragam serdadu Belanda.


 Tari Angguk memiliki beberapa keunikan karena Tari Angguk merupakan akulturasi antara budaya barat dan budaya timur.
Unsur Islam

Dalam Tari Angguk terlihat ketika lagu Shalawat Nabi selalu menjadi pembuka pertunjukan. Selain itu, penggunaan peralatan musik berupa bedug dan rebana semakin mengukuhkan bahwa kesenian ini memang sedikit dapat pengaruh dari agama Islam.

Unsur Barat

Terlihat pada gerakan para penari yang meniru gerakan baris-berbaris yang dilakukan oleh para serdadu militer pada zaman Belanda. Selain gerakan, kostum yang dipakai oleh para penari juga mirip dengan seragam militer serdadu Belanda. Bedanya para penari pakai celana pendek bukan celana panjang.

Unsur Timur

Sangat terlihat dalam Tari Angguk yang lebih menitikberatkan pada keluwesan gerakan. Tingkat keluwesan gerakan inilah yang menjadi ciri khas budaya Timur, khususnya Jogjakarta. Ditambah lagi, tarian ini membawakan cerita Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono yang tertulis dalam Serat Ambiyo. Di sinilah kebudayaan dari beberapa kutub yang berbeda yang bisa berpadu. Sisi militer yang lebih kaku namun serempak dipadukan dengan tarian yang sangat luwes dan paduan peralatan.

Anggapan masyarakat awam bahwa tarian ini merupakan tarian yang kurang sopan merupakan tantangan tersendiri bagi para seniman angguk. Merubah paradigm masyarakat tentang Tari Angguk akan menjadi perjuangan para pelaku wisata. Saat ini keberadaan Tari Angguk sangat digemari masyarakat khususnya masyarakat daerah Kulon Progo.

Referensi
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar