Tari Angguk
Tari Angguk
adalah tari khas dari Kabupaten, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Tari ini biasanya
dipenentaskan sebagai tarian penghibur. Gerakannya yang energik akan
menumbuhkan semangat yang membara dalam hati setiap penonton yang melihatnya.
Tarian ini dilahirkan di desa Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo. Desa ini
merupakan salah satu rintisan desa budaya di Kabupaten Kulon Progo.
Anda bisa
menikmati indahnya lekuk gerakan Tari Angguk bila Anda sedang berkunjung ke
Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di
DI Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Anda bisa
menempuh perjalanan dari pusat Kota Yogyakarta sekitar 1 jam menggunakan
kendaraan pribadi maupun transportasi umum dengan rute Jl. Wates. Berikut adalah
peta daerah Kulon Progo
Sejarah
Tari yang
berasal dari Kulon Progo ini adalah pengembangan dari Tari Dolalak yang berasal
dari Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Menurut cerita , istilah
Dolalak diambil dari modus (tangga nada) diatonis Barat, Do Re Mi Fa Sol La Si.
Melihat urutan tangga nada tersebut, maka nada Do dan La merupakan asal mula
Tari Dolalak. Nggak jelas siapa pihak yang membawa, mengkreasikan, dan kemudian
mempopulerkan Tari Dolalak hingga akhirnya bisa berbentuk Tari Angguk dan
diakui sebagai salah satu kebudayaan Kabupaten Kulon Progo.
Pada mulanya
Tari Angguk adalah tari permainan atau hiburan yang biasa dimainkan oleh muda-
mudi. Namun dalam perkembangannya Tari Angguk mulai disisipin
hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap bisa mengundang roh halus
untuk ikut bermain dengan menggunakan media tubuh sang penari.
Kata anggguk
ini diambil dari gerakan para penari yang mengangguk-anggukan kepalanya.
Gerakan Tari Angguk pada awalnya terinspirasi dari gerakan baris-berbaris
serdadu Belanda. Maka nggak mengherankan jika kostum yang dipakai oleh para
penari ini juga mirip dengan seragam serdadu Belanda.
Tari Angguk memiliki beberapa keunikan
karena Tari Angguk merupakan akulturasi antara budaya barat dan budaya timur.
Unsur Islam
Dalam Tari
Angguk terlihat ketika lagu Shalawat Nabi selalu menjadi pembuka pertunjukan.
Selain itu, penggunaan peralatan musik berupa bedug dan rebana semakin
mengukuhkan bahwa kesenian ini memang sedikit dapat pengaruh dari agama Islam.
Unsur Barat
Terlihat
pada gerakan para penari yang meniru gerakan baris-berbaris yang dilakukan oleh
para serdadu militer pada zaman Belanda. Selain gerakan, kostum yang dipakai
oleh para penari juga mirip dengan seragam militer serdadu Belanda. Bedanya
para penari pakai celana pendek bukan celana panjang.
Unsur Timur
Sangat
terlihat dalam Tari Angguk yang lebih menitikberatkan pada keluwesan gerakan.
Tingkat keluwesan gerakan inilah yang menjadi ciri khas budaya Timur, khususnya
Jogjakarta. Ditambah lagi, tarian ini membawakan cerita Umarmoyo-Umarmadi dan
Wong Agung Jayengrono yang tertulis dalam Serat Ambiyo. Di sinilah
kebudayaan dari beberapa kutub yang berbeda yang bisa berpadu. Sisi militer yang
lebih kaku namun serempak dipadukan dengan tarian yang sangat luwes dan paduan
peralatan.
Anggapan
masyarakat awam bahwa tarian ini merupakan tarian yang kurang sopan merupakan
tantangan tersendiri bagi para seniman angguk. Merubah paradigm masyarakat
tentang Tari Angguk akan menjadi perjuangan para pelaku wisata. Saat ini
keberadaan Tari Angguk sangat digemari masyarakat khususnya masyarakat daerah
Kulon Progo.
Referensi
Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar